0
News
    Home Olahraga

    Legia Warszawa: Kisah Klub yang Dibenci, Dihormati, dan Tak Terpisahkan dari Polandia

    "Legia Warszawa: Pemegang rekor juara Polandia dengan 15 gelar liga dan 20 piala. Jelajahi sejarah, pemain, dan laga epik klub legendaris ini."

    2 min read

    Kisah dan sejarah klub sepakbola Legia Warszawa dari Polandia

    TENTUKAN.ID - Dari reruntuhan Perang Dunia, di tengah pergolakan politik, dan di puncak kejayaan sepak bola nasional, satu nama terus bergema: Legia Warszawa. Klub ini bukan sekadar kumpulan pemain bola. Ia adalah lembaran hidup sejarah Polandia modern, dengan segala kompleksitas, kebanggaan, dan kontroversinya.

    Akar yang Tertanam Dalam: 1916 dan Semangat Legiun

    Cerita dimulai jauh dari Warsaw, di kota Volyńsk (sekarang wilayah Ukraina), pada Maret 1916. Di tengah berkecamuknya Perang Dunia I, sekelompok perwira Legiun Polandia -pasukan yang berjuang untuk kemerdekaan Polandia -mendirikan sebuah klub olahraga. Mereka menamakannya "Legia". Nama itu bukan pilihan kebetulan; ia mewakili semangat perjuangan dan identitas militer yang akan melekat selamanya pada klub ini.

    Setelah Polandia merdeka pada 1918, Legia menetap di ibu kota. Warna hijau tentara dipadukan dengan putih dan merah, bendera nasional, menjadi identitas visual mereka. Selama periode antar-perang, Legia mulai menancapkan taring, meraih gelar juara nasional pertamanya pada 1930.

    Melewati Badai: Perang, Rezim, dan Identitas yang Bertahan

    Perang Dunia II menghancurkan banyak hal, termasuk sepak bola Polandia. Namun, jiwa Legia bertahan. Pasca perang, di bawah rezim komunis, klub-klub sering kali "diadopsi" oleh institusi negara. Legia secara resmi menjadi klub tentara, di bawah naungan Ludowe Wojsko Polskie (Tentara Rakyat Polandia). Stigma ini memberinya akses sumber daya dan perlindungan politik, tetapi juga membebani citranya di mata publik sebagai "klub rezim".

    Di era inilah Legia merajai kompetisi domestik. Di bawah pelatih legendaris seperti János Steiner dan Lucjan Brychczy (yang kemudian menjadi ikon klub sebagai pemain dan pelatih), mereka mengumpulkan gelar juara pada 1955, 1956, 1969, dan 1970. Kazimierz Deyna, sang maestro yang kemudian bersinar di Piala Dunia 1974, menjadi bintang terbesar mereka.

    Momen Puncak Eropa dan Luka yang Dalam

    Musim 1969/1970 menjadi saksi kejayaan terbesar Legia di panggung Eropa. Di bawah kaptensi Deyna, mereka melakukan perlawanan sengit. Setelah mengalahkan raksasa seperti Galatasaray dan Saint-Étienne, mereka akhirnya tumbang di semifinal Piala Champions Eropa dari Feyenoord—yang kemudian menjadi juara. Prestasi itu hingga hari ini belum terulang oleh klub Polandia manapun.

    Namun, sejarah juga mencatat luka. Pada 13 Agustus 1989, dalam sebuah pertandingan persahabatan, suporter Legia terlibat bentrokan dengan polisi anti huru-hara (ZOMO). Seorang pendukung muda, Michał F., tewas tertembak. Tragedi itu menggoreskan narasi perlawanan terhadap otoritas dalam identitas suporter Legia, "Żyleta", yang semakin solid dan militan.

    Era Baru, Dominasi, dan Rivalitas Abadi

    Setelah kejatuhan komunisme, Legia beradaptasi. Mereka beralih dari klub tentara menjadi perseroan terbatas, tetapi koneksi politiknya tetap kuat. Dalam sepak bola, mereka menjadi kekuatan dominan. Sejak 1994, 14 dari 15 gelar juara liga mereka diraih, menegaskan status sebagai "Raja Domestik" yang sebenarnya.

    Rivalitasnya pun menjadi legenda. Pertandingan melawan Wisła Kraków dijuluki "Perang Polandia", benturan dua kekuatan dari kota terpenting. Sementara derbi Warsaw melawan Polonia yang dianggap sebagai klub "rakyat" ibu kota selalu penuh emosi dan tensi politik lama.

    Legia Hari Ini: Warisan yang Terus Berdenyut

    Kini, berdiri megah di Stadion Wojska Polskiego yang modern, Legia tetap menjadi pusat gravitasi sepak bola Polandia. Mereka adalah klub pertama yang mencapai fase grup Liga Champions UEFA (2016/2017) dan tetap menjadi kekuatan di Eropa. Kisah mereka adalah tentang ketahanan, ambisi, dan identitas yang tak pernah sederhana.

    "Dibenci oleh banyak orang, dicintai dengan fanatik oleh yang lain. Itulah hakikat Legia," ujar Robert Bakoń, sejarawan sepak bola Warsaw. "Anda tidak bisa menulis sejarah olahraga, bahkan politik sosial Polandia abad ke-20, tanpa menyebut nama hijau, putih, dan merah ini. Mereka adalah cermin dari bangsa kita yang kompleks."

    Warisan itu terus hidup. Di setiap tifo megah "Żyleta", di setiap gol yang dicetak di stadion mereka, dan di setiap gelar yang diraih, gaung tahun 1916, semangat legiun, dan sejarah panjang sebuah ibu kota masih tetap berdetak. Legia adalah Warsaw. Dan Warsaw adalah Legia. Sebuah hubungan yang tak akan pernah putus.

    Additional JS
    Formulir Kontak

    Nama

    Email *

    Pesan *

    Responsive Ads
    Responsive Ads