Dominasi Film Aksi di FFI 2025

"Pengepungan di Bukit Duri dan The Shadow Strays borong 10 Piala Citra! Inilah mengapa film aksi Indonesia kembali mengguncang FFI 2025."

Doc. @festivalfilmid

Jakarta – Malam puncak Festival Film Indonesia (FFI) 2025 yang digelar pada 20 November di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, menjadi panggung gemilang bagi film-film aksi thriller. Dua judul unggulan, Pengepungan di Bukit Duri karya Joko Anwar dan The Shadow Strays garapan Timo Tjahjanto, masing-masing menyabet lima Piala Citra rekor tertinggi di ajang bergengsi ini.

• Pengepungan di Bukit Duri (Joko Anwar) → 5 Piala Citra
• The Shadow Strays (Timo Tjahjanto) → 5 Piala Citra

Keduanya juga masuk dengan 12 nominasi terbanyak (bersama-sama jadi 24 dari total 102 nominasi utama). Ini jadi dominasi genre aksi terbesar dalam satu dekade terakhir di FFI.

FFI 2025, yang memperingati 70 tahun keberadaannya dengan tema "Puspawarna Sinema Indonesia", menerima 285 film fitur dari 140 rumah produksi sepanjang 2024–2025. Dari situ, genre aksi thriller menonjol sebagai alternatif kuat di tengah dominasi drama (49,5%) dan horor (30,5%). 

Nominasi diumumkan pada 19 Oktober 2025, dengan Pengepungan di Bukit Duri dan The Shadow Strays memimpin perolehan (masing-masing 12 nominasi), diikuti Perang Kota (10 nominasi) karya Mouly Surya yang juga bergenre aksi sejarah. Fenomena ini menegaskan bagaimana film aksi telah berevolusi sejak era kemerdekaan, dari Harimau Tjampa (1953) hingga milestone global The Raid (2011) karya Gareth Evans.

Film Aksi yang Paling Bersinar di FFI 2025

1. Pengepungan di Bukit Duri – Joko Anwar

• Nominasi: 12 kategori
• Menang: 5 Piala Citra (termasuk Penyuntingan Gambar Terbaik, Sinematografi Terbaik, dll)
• Genre: Thriller aksi distopia dengan kritik sosial tajam

2. The Shadow Strays – Timo Tjahjanto

• Nominasi: 12 kategori
• Menang: 5 Piala Citra (termasuk Efek Visual Terbaik)
• Genre: Aksi kriminal psikologis, penuh darah dan emosi

3. Perang Kota – Mouly Surya

• Nominasi: 10 kategori
• Menang: 3 Piala Citra (termasuk Desain Produksi Terbaik)
• Genre: Drama aksi sejarah tentang perlawanan rakyat

Tren ini didorong oleh akar budaya Indonesia yang kaya akan seni bela diri tradisional seperti pencak silat, yang diintegrasikan dengan koreografi modern ala Hollywood. The Raid (2011) menjadi titik balik: adegan tarung realistis seperti pukulan bogem Yayan Ruhian ke Iko Uwais yang terasa nyata membuka pintu bagi aktor Indonesia ke panggung internasional. 

Di FFI 2025, dominasi aksi mencerminkan preferensi penonton pasca-pandemi yang haus akan hiburan intens, sekaligus pengakuan industri terhadap kualitas produksi domestik.

Ketua Komite FFI 2025, Ario Bayu, menyebut, 

"Para nomine adalah hasil proses demokratis yang penuh dedikasi, mewakili 'Puspawarna Sinema Indonesia' yang dipenuhi warna-warni gagasan dan imajinasi." 

Sementara Budi Irawanto, Ketua Bidang Penjurian, menambahkan, 

"Setiap nomine telah memberikan warna tersendiri dalam karyanya." 

Tren ini juga didukung data: 80 Akademi Citra menilai 25 film eligible untuk kategori utama, dengan aksi thriller unggul di aspek teknis seperti editing dan sinematografi.

Secara keseluruhan, FFI 2025 membuktikan ketangguhan sinema Indonesia: dari akar tradisional hingga inovasi global. Seperti kata Joko Anwar dalam wawancara pasca-penghargaan, "Aksi bukan sekadar pukulan, tapi cerita tentang perjuangan bangsa." Ajang ini mendorong 2 juta penonton bioskop nasional pada 2025, berkontribusi pada target ekspor film Rp 1 triliun per tahun.